Adat Batak ( Culture Of Batak )

Adat Batak ( Culture Of Batak )

ATTENTION ! ! !

SELURUH DATA MERUPAKAN PEMILAHAN DATA YANG TELAH TERJAMIN KEBERADAANNYA

Rabu, 22 Juli 2009

Re: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - Kawin Kontrak d

Re: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - Kawin Kontrak d: "setiap orang batak pasti pernah menjadi raja ... dan ini semua orang batak sudah tahu .... orang batak punya solusi yg sangat kreatif terhadap masalah mahar ini. mau tahu konsepnya. orang batak punya adat bahwa raja itu berganti gantian. sehingga dalam sebuah pernikahan, minimal akan melibatkan 4 keluarga (yang otomatis berarti biaya ditanggung renteng). bukan beban satu keluarga saja. dan pada saatnya nanti, setelah kita dibantu, kita akan balas membantu. berikut penjlentrehannya. From: 'HH Samosir' [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, January 13, 2006 12:57 AM Kalau dilihat pola ikatan kekeluargaan adat Batak dilihat dari nukleus-nya yaitu 'Dalihan na Tolu' atau kurang lebih diartikan tungku dengan 3 batu. Hubungan satu dengan yang lain dipetakan dengan beberapa aturan pokok yaitu"

Karo Batak Traditional Wedding Ceremonies - Indonesian wedding customs and traditions

Karo Batak Traditional Wedding Ceremonies - Indonesian wedding customs and traditions: "Karo Batak Wedding Ceremonies

Practical Information for foreigners, expats and expatriates moving to Indonesia - find out about housing, schooling, transport, shopping and more to prepare you for your stay in Indonesia
Check out What's New on the Expat Web Site
Links to hundreds of articles giving practical information for expats moving to Indonesia
Post your questions or communicate with other expats in Indonesia on the Expat Forum
Looking for a place to stay in Indonesia - check out the Housing Forum
Looking for a weekend or holiday getaway ... visit some of Indonesia's Great Escapes
Some great restuarants in Jakarta
Advice and resources for conducting business in Indonesia
Info on expatriate community organizations in Indonesia
Shops, Products and Services
Links to other useful Indonesian or expat-related web sites
Expat Humor - spread the joys of Living in Indonesia through e-postcards
Site Map
Return to the Home Page


It's not often that we, as foreigners in Indonesia, are given the opportunity to delve deeply into the cultural traditions of traditional Indonesian ceremonies. Recently, Hartmuth “Heinz” Kathmann and his lovely bride, Rose Merry Ginting, gave me that opportunity. Merry's father, Rakatta Ginting, served as our cultural guide as we discussed and looked at hundreds of pictures which document the traditional ceremonies in their recent marriage.

While each of the major Batak societies/tribes (Alas-Kluet, Angkola, Dairi, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, Sipirok, and Toba) are related, they have distinctive languages, customs and cultures. The traditional Batak homelands surround Toba Lake in North Sumatra. Merry Ginting is from the Ginting marga (clan) of the Karo Batak ethnic group, and her family ensured that the necessary wedding customs were followed, even though she was marrying a German national.
You Must Become a Batak, Heinz!

The primary obstacle to Heinz and Merry's marriage was the Batak tradition that a Batak can only marry another Batak, so Heinz had to be accepted into a Batak marga. Since tradition further stipulates that a man may not marry a woman f"

.:: Harian BERKAT ::. - Ribuan Warga Batak Meriahkan Pernikahan Rita dan Ganda

.:: Harian BERKAT ::. - Ribuan Warga Batak Meriahkan Pernikahan Rita dan Ganda: "Ribuan Warga Batak Meriahkan Pernikahan Rita dan Ganda Cetak
Monday, 14 July 2008

Pontianak, BERKAT. Pernikahan secara Adat Batak antara Manuela Rita Yoniana dan Ganda Yulianto Butarbutar yang digelar Sabtu (11/7) lalu, bertempat di Gedung pertemuan Sopo Godang tepatnya di belakang gereja HKBP Pontianak berlangsung sukses dan penuh khidmat serta diwarnai rasa kekeluargaan yang luar biasa. Gedung nyaris tidak cukup menampung ribuan warga batak yang datang. Hadir pula Mantan Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Drs. L.H.Kadir beserta keluarga besarnya. Kendati cuaca hujan, tidak menurutkan sama sekali semangat dan antusias warga batak datang berbondong-bondong untuk turut memeriahkan pernikahan adat Batak Rita dan Ganda. Dalam pernikahan adat Batak dihadiri sepuluh marga Batak yang terbagi menjadi dua keluarga besar yakni keluarga Simanjuntak dan keluarga Butarbutar. Keluarga Simanjuntak terdiri dari marga Sitorus, Aritonang, Siagaan, Hutasoit dan Pasaribu. Dari keluarga Butarbutar terdiri dari marga Manurung, Gultom dan Simanungkalit. Prosesi pernikahan diawali dengan menyambut kedatangan Hula-hula (Keluarga dari Ibu Atau Nenek mempelai pria, red), kemudian dilanjutkan dengan membicarakan Sinamot (maskawin, red) dan acara terakhir adalah memberikan berkat atas pernikahan yang ditandai dengan pemberian Ulos (Kain tenun Batak) kepada kedua, yang masing-masing diberikan oleh orangtua kedua mempelai. Pada saat memberikan Ulos, Wakil Bupati Kapuas Hulu, Drs. Y.Alexander, M.Si dan Maria Asuan yang juga orangtua Manuela Rita Yoviana, untuk yang kesekian kalinya meneteskan air mata karena rasa haru dan bahagia atas pernikahan putri sulung mereka. Sambil terbata-bata, Yosef Alexander berkata, “Anggaplah Ulos ini sebagai dukungan dan kehadiran orangtua disaat kalian menghadapi masalah, sepi dan bingung sehingga kalian tidak pernah merasa sendirian dalam mengarungi bahtera rumah tangga,” ungkap Alexander sambil menangis. Seketika itu juga suasana menjadi hening dan penuh khidmat. Segenap yang hadir terlihat terus memancarkan wajah senyum pertanda bahagia sehingga suasana pernikahan semakin diwarnai rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang amat sangat. Pada ke"

Selasa, 07 Juli 2009

Mungkinkah Bahasa Batak itu Punah - Forum Plasa

Mungkinkah Bahasa Batak itu Punah - Forum Plasa: "Mungkinkah Bahasa Batak itu Punah
MUNGKINKAH BAHASA BATAK Toba punah? Jawabnya mungkin sekali, kawan. Itu hanya masalah waktu.
Bahasa Batak Toba suatu saat dapat punah, yang membuat punah ya orang Batak Toba sendiri. Karena Orang Batak Toba lah yang enggan melestarikan Bahasa daerahnya. Kenapa hanya Bahasa Batak Toba?
Kapan itu Bahasa Batak Toba berangsur punah dan apa indikatornya kawan? Banyak sekali, saya coba buat listnya, bila anda mau menambahi silahkan…

1. Karena orangtua (Ayah/Ibu) sudah tidak bisa berbahasa Batak lagi.
2. Bila bahasa Batak bukan lagi bahasa yang dominan di rumah. (Kepunahan suatu bahasa daerah, dimulai dari rumah pemilik bahasa daerah itu)
3. Bila orangtua tidak mengajarkan anak anaknya bahasa Batak. Orang tua tidak menyampaikan kepada si anak bila mereka berbahasa Batak, dijawablah dalam bahasa Batak, bila mereka berbahasa asing dijawablah dalam bahasa asing tersebut.
4. Bila Ompung Naburjui berkomunikasi dengan pahompunya harus menggunakan Bahasa Sileban (Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris) biar cucu cucu yang manis manis ini mengerti.
5. Bila si anak mengatakan: “Saya sudah lahir, besar di (Medan, Jakarta, Bandung, Jogja, dll) sudah tidak bisa berbahasa Batak lagi.” Dan mereka sangat bangga mengatakan itu. Orang Belanda ratusan tahun tinggal di Batavia, tetap saja berbahasa Belanda. Orang China, India, dll begitu juga. Orang Jawa direlokasi ke Sumatra, malah tetangganya yang Batak jadi berbahasa Jawa.
6. Bila si anak ditanya, Aha Margam? Ise Goarmu? Langsung error tidak nyambung. Tapi bila ditanya: “Kamu orang apa?” dia akan menjawab dengan mantap “Orang Batak”.
7. Bila anak anak di rumah lebih fasih berbahasa asing (Inggris, Mandarin atau bahasa daerah yang lain) dibanding berbahasa Batak. Padahal menguasai banyak bahasa tidak ada ruginya, termasuk bahasa Batak itu sendiri.
8. Jika semua ponakan; bere, paraman, maen, anak kakak/adik sudah tidak bisa berbahasa Batak.
9. Bila si anak, naposo (anak anak muda) mengatakan: Ngerti seh … tapi nggak bisa ngomongnya.
10. Ketika orang orang muda ini berkata “Proud to be Batak” tapi tidak bisa ngomong Batak.
11. Bila kita beranggapan, kalau libur sekolah, anak anak mau dikirim ke kampung untuk belajar bahasa Batak. (Kenyataan: Dikampung, anak anak sekarang sudah tidak berbahasa Batak)
12. Bila orangtua menganggap: “Hare gini … … anak anak diajari Bahasa Batak”
13. Bila kita mandok hata (berbicara) dalam suatu acara keluarga/pesta, ada yang teriak: “Pake bahasa Indonesia saja, biar anak-anak pada ngerti.”
14. Bila anak anaknya Raja Parhata, yang rajin ke Pesta dan perduli dengan urusan adat, tapi anak anaknya tidak bisa berbahasa Batak.
15. Saat kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita halak hita (orang kita Batak), dia reply dalam bahasa lain yang lebih dominan
16. Ketika orang Batak merasa malu berbicara dalam bahasa Batak di keramaian, tempat umum saat bertemu dengan halak hita.
17. Kesulitan membaca tulisan dan banyak tidak dimengerti tulisan yang ditulis dalam bahasa Batak . Sekarang kita sulit mengucapkan hata Batak yang halus, bahkan cara menuliskannya, apalagi aksaranya, sudah duluan hilang, dihilangkan. Pergi entah kemana, mago (punah)
18. Bila anda menganggap ngomong pake bahasa Batak itu sesuatu yang kampungan (Parhuta huta)
19. Bila Lae, Ito mentertawakan teman yang belajar berbahasa Batak alai marpasir pasir (janggal)
20. Bila di daerah Sumatra Utara anak anak Batak sudah menggunakan bahasa yang dominan untuk berkomunikasi sesama mereka, apakah itu bahasa Jawa atau bahasa Indonesia (Medan, Tebing Tinggi, Kisaran, Siantar, Pardagangan, Balige, Samosir, Tarutung, Sibolga, dll). Karena tidak ada satu lembaga Batak yang resmi, bertanggungjawab tentang ini, termasuk gereja, itu bukan urusan mereka. (Di gereja kami, warganya 98% Batak Toba, tak sekalipun liturginya dalam bahasa Batak). Di gereja tetangga dibuat dua sesi, sesi bahasa Indonesia untuk Naposo (ABG dan Pemuda) agar mereka mengerti.
21. Bila kita tidak sadar, bahwa bahasa daerah itu dapat punah, seperti yang ditulis disini: “10 Bahasa Daerah Punah, 700 Lainnya Terancam” http://www.tempointeraktif.com/hg/nu...106846,id.html
22. Bila anak Batak suka menyanyikan lagu Batak, tapi tidak mengerti artinya. Bapaknya juga sudah tidak mengerti artinya
23. Bila kita mengirim email atau SMS ke halak hita dan dia TIDAK MENGERTI artinya. Dia malah reply: Jangan pake bahasanya leluhur dong … Atau bila di SMS, dia balik SMS, Ini bahasa Apa? Atau kita enggan mengirim email/SMS dalam Bahasa Batak, khawatir Batak yang dituju tidak mengerti artinya, nanti malah tidak nyambung.
24. Bila tiba waktunya, tidak ada orang yang bisa mengajari Bahasa Batak lagi atau anak anak tidak punya kesempatan lagi untuk mempelajarinya.
25. Dan yang terakhir, bila anda tidak perduli. Mau punah kek, bukan urusan gua, sabodo teing…
26. Bila … … … Bila ada yang mau menambahi, silahkan … (Hataki hata tambaan)

Horas....!!!!"

Jumat, 03 Juli 2009

2.000 Naskah Adat Batak Berada Di Belanda Dan Jerman  | Harian Berita Sore

2.000 Naskah Adat Batak Berada Di Belanda Dan Jerman | Harian Berita Sore: "2.000 Naskah Adat Batak Berada Di Belanda Dan Jerman

Jum, Nov 28, 2008

Medan


Medan ( Berita ) : Sekitar 2.000 lebih naskah asli adat Batak dan 1.000 di antaranya terbuat dari kulit kayu saat ini berada di negeri Belanda dan Jerman. Profesor. Dr. Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa, Amerika, di Medan, Kamis [27/11], mengatakan, ribuan naskah asli adat Batak tersebut dibawa ke luar negeri ketika masa penjajahan Belanda dan masa Zending I.L Nomensen di tanah Batak.

Saat ini baru dua naskah yang bisa diakses untuk umum karena telah diolah dalam bentuk digital, sementara selebihnya belum dapat diakses karena masih dalam bentuk asli dan dikuatirkan akan rusak jika diakses untuk umum.

“Isinya pada umunya berupa instruksi atau tatacara upacara ritual keagamaan, cara mengalahkan musuh dalam peperangan, puisi-puisi cinta, dan tradisi, serta budaya Batak lainnya,” katanya.

Ribuan naskah tersebut lebih aman dan terjamin kelestariannya jika berada di luar negeri, karena kalau di luar negeri peluang untuk diperjualbelikan atau disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab jauh lebih kecil.

“Selama ini di Indonesia banyak benda budaya yang seharusnya dirawat tetapi malah diperjualbelikan. Makanya lebih baik naskah-naskah asli tersebut lebih aman jika berada di luar negeri,” katanya.

Menurut ahli sejarah itu, pembuatan naskah dan budaya Batak dalam bentuk digital dewasa ini sangat diperlukan, mengingat setiap naskah yang berada di luar negeri itu tidak mudah dibawa kembali ke Indonesia. “Kalau sudah dalam bentuk digital akan mudah diakses oleh siapa saja termasuk juga oleh ilmuan-ilmuan yang meneliti lebih jauh tentang adat-istiadat suku Batak,” katanya. ( ant )"

budaya batak - Telusuri dengan Google

budaya batak - Telusuri dengan Google: "[PDF]
Ratusan Warga Batak Karo Meriahkan Sada Ukur
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat
Situs ini mungkin berbahaya bagi komputer Anda.
4 Jun 2007 ... angin. Pelestarian adat budaya Batak Karo ini berupa tarian diiringi musik dan nyanyian yang ditampilkan para remaja Batak Karo dengan ..."